Apabila anda memiliki artikel yang berkenaan dengan lingkungan hidup untuk diposting di blog ini, silahkan kirim artikel anda (attachment) ke: yusmanmsc@email.com atau yusman61@gmail.com. Terima kasih atas partisipasi anda.
If you have articles related to environment to be posted on this blog, please send your articles (attachment) to: yusmanmsc@email.com or yusman61@gmail.com. Thank you for your participation.

AUTOCLAVE: MESIN DAUR ULANG SAMPAH YANG MUNGKIN BISA MEMBANTU MASALAH PEMERINTAH JAKARTA

Oleh: Otakku

Bicara mengenai sampah memang tidak ada habisnya, apalagi bila bicara di Jakarta yang beberapa kali ribut soal tempat pembuangan akhir (TPA). udah saatnya pemerintah memikirkan cara terbaik mengolah sampah sehingga tidak merugikan banyak pihak bahkan malah mendapatkan keuntungan.

Salah satunya alat pengolah sampah yang satu ini, Autoclave menggunakan teknologi AeroThermal, alat ini bisa memisahkan berbagai jenis sampah yang dimasukkan ke dalamnya dan mengubah sebagian sampah yang bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang berguna seperti sampah plastik menjadi biji plastik (plastic pellets) dan sampah makanan atau organik lainnya menjadi pupuk atau kompos.



Tidak saja membantu dalam masalah lingkungan, Autoclave sendiri juga tidak mengeluarkan gas emisi alias alat ini juga ramah lingkungan.

Sebanyak 30 ton sampah dapat diolah dalam waktu 2 jam saja.

Kami tidak tahu berapa banyak sampah per hari yang dihasilkan oleh kota Jakarta tetapi kami yakin dengan membeli beberapa buah saja sudah cukup bisa membantu pemerintah dalam mengatasai masalah sampah.

Mengenai harga, pasti bisalah kita membelinya asal duitnya jangan . . . . :D

Oleh: Otakku
sumber: http://www.ecofriend.org/entry/autoclave-skillfully-sorts-and-recycles-garbage-in-to-green-stuff/
..Read More..Baca Selengkapnya..

HANSIP BERKREASI MEMPROSES PLASTIK BEKAS

Oleh: Sobirin
Jl. Alfa No. 92, Cigadung II Bandung

Senin malam hari 12 Mei 2008, sekitar pukul 21.00, teman-teman Hansip datang ke rumah saya. Mereka bermaksud meminta tumpukan plastik dalam karung yang saya simpan di belakang rumah, katanya akan diproses menjadi bahan bangunan semacam bata. Mereka adalah para Hansip di kampung saya Cigadung Kota Bandung, yaitu Usep, Dayat, Oboy, dan Adjat. Mereka bercerita bahwa plastik-plastik bekas tersebut akan diproses dengan konsep pemanasan, dicampur pasir bersih, menjadi semacam bata bahan bangunan. Lokasi ’pabrik’nya tidak di Cigadung, tapi jauh di selatan Kota Bandung.

Ide yang bagus sekali, sebab saya sendiri sampai saat ini kewalahan dan kerepotan dalam menangani plastik kresek bungkus dan plastik jenis lainnya dalam proses skala rumah tangga. Sebelumnya plastik-plastik tersebut saya cuci bersih, menjadi plastik bersih yang kemudian saya simpan dalam karung, saya onggokkan begitu saja di belakang rumah. Untuk plastik sejenis gelas atau botol minuman kemasan tidak menjadi masalah, sebab tukang pemulung juga senang menerimanya. Tetapi jenis kantong plastik kresek, apalagi yang bolong atau sobek, tidak laku dijual, diberikan gratis kepada pemulung juga ditolak. Padahal konsep rumah saya adalah zero waste, tidak membuang segala macam sampah ke luar rumah.

Dalam blog ’clearwaste’ edisi tanggal 11 November 2007 (Melelehkan Plastik Model Sendiri), 12 November 2007 (Melelehkan Plastik Model Puskim), 13 November 2007 (Melelehkan Plastik Model Pabrik), telah saya coba bagaimana plastik-plastik ini untuk bisa dibentuk dan didaur ulang. Tetapi hasilnya masih belum memuaskan, memang perlu biaya untuk membuat alat pelelehnya, padahal saya tidak punya uang untuk itu. Di lain pihak jumlah sampah plastik terus bertambah.

Juga dalam blog ’clearwaste’ ini telah saya muat perihal upaya mahasiswa ITB dalam kampanye anti kantong plastik. Hasilnya juga belum nampak, kantong plastik semakin saja beredar menjadi sampah kota.

Ketika para Hansip ini mau mencoba berkreasi, saya sangat mendukung sekali. Menurut mereka, percobaannya berhasil, bahkan bahan bangunan batanya sudah dimanfaatkan. Mereka akan menyempurnakan, dan akan di-paten-kan. Saya sendiri belum melihat cara prosesnya, karena tempatnya jauh dari kampung saya. Suatu saat akan saya lihat dan saya tulis di blog ’clearwaste’. Semoga mereka berhasil.
..Read More..Baca Selengkapnya..

KADER LINGKUNGAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

Oleh : Sri Wahyono
swahyono@yahoo.com

Dalam rangka mendukung pengelolaan sampah berbasis masyarakat di DKI Jakarta, Japan Bank for International Cooperation (JBIC) pada bulan Agustus 2007 sampai dengan Januari 2008 melakukan studi dan pengembangan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah di RW 01 dan RW 02 Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat. Implementasi kegiatan tersebut diawali dengan Pelatihan Daur Ulang dan Pengomposan Sampah Rumah Tangga yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2007.

Kader lingkungan yang dididik oleh JBIC dalam pelatihan tersebut berjumlah 42 orang yang terdiri atas kader yang bermukim di RW 01 dan RW 02 (berjumlah 31 kader) dan yang bermukim di luar kedua RW tersebut (11 kader). Jumlah kader lingkungan yang bermukim di RW 01 berjumlah 22 orang sedangkan di RW 02 berjumlah 9 orang. Tujuh kader di antaranya, merangkap sebagai kader Yayasan Uli Peduli. Sedangkan kader lingkungan yang tidak bermukim di kedua RW tersebut terdiri atas tukang gerobak (4 kader), anggota LSM (6 kader), dan staf Dinas Kebersihan (1 kader). Dengan adanya program dari JBIC, jumlah total kader lingkungan di wilayah RW 01 dan RW 02 Kelurahan Cempaka Putih Timur menjadi 77 orang yang pada mulanya hanya 53 orang. Komposisi kader lingkungan didominasi oleh para ibu (70%), sisanya pria (30%).

Para kader lingkungan memiliki tanggung jawab untuk mengajak para tetangganya menjaga kualitas lingkungan hidup di sekitar rumah masing-masing terutama masalah kebersihan dan daur ulang sampah. Para kader lingkungan juga mempunyai kewajiban untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan pengolahan sampahnya kepada yang membutuhkan.

Untuk melihat aktivitas nyata para kader lingkungan, setelah pelatihan, dilakukan monitoring secara reguler. Pelaksanaan monitoring juga dilakukan sekaligus untuk pendampingan dan pembinaan kepada para kader lingkungan sehingga apabila menemui kesulitan dalam melakukan aktivitasnya dapat segera diatasi. Monitoring kegiatan dilakukan dengan cara (i) wawancara secara langsung dengan para kader lingkungan, (ii) penyebaran kuesioner, dan (ii) kunjungan monitoring secara reguler 3 – 4 minggu sekali ke para kader lingkungan. Selain itu dilakukan juga berkoordinasi dengan para stakeholders yang terkait, misalnya Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat, Pusat Teknlogi Lingkungan – BPPT, Yayasan Uli Peduli, dan Pemerintah Kelurahan Cempaka Putih Timur.

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERINTEGRASI

RW 01 dan RW 02 Kelurahan Cempaka Putih Timur merupakan daerah permukiman padat penduduk dengan jumlah KK 1.265 atau sekitar 5.060 jiwa. Diperkirakan jumlah sampah yang diproduksi perharinya 15 m3. Sampah warga didominasi oleh sampah organik, 65,55%. Sedangkan sampah lainnya adalah sampah anorganik yang didominasi oleh sampah kertas (10,57%) dan plastik (13,25%)



Oleh sebagian warga dan para kader lingkungan sampah yang dihasilkannya dipilah-pilah untuk kemudian dikomposkan dan dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan. Residu sampahnya kemudian dibuang ke temat sampah. Tempat sampah yang digunakan oleh warga cukup beragam seperti tong plastik, drum seng, bak yang disemen, ember plastik, dan kantong plastik. Namun, Sebagian besar wadah sampah yang dipakai berupa drum dan tong plastik karena gampang dipindah-pindah dan tidak permanen sesuai dengan lingkungan jalan yang sebagian besar berupa gang yang tidak terlalu lebar dan tanpa trotoar. Wadah sampah dan komposter diletakan di depan rumah atau di pinggir-pinggir jalan masuk.

Sampah dari rumah tangga yang tidak diolah menjadi kompos kemudian dikumpulkan ke dalam gerobak sampah setiap 2 – 3 hari sekali dan diangkut ke kompleks Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Rawasari yang dikelola oleh Dinas kebersihan DKI Jakarta bekerjasama dengan BPPT. Di TPST tersebut, sebagian besar sampah dikomposkan dan didaur ulang, dan sebagian lainnya dimasukkan ke TPS indoor untuk dipres dan diangkut ke TPA Bantargebang. Sebagian kecil residu sampah dibakar di dalam incinerator.

PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI

Salah satu RT yang paling menonjol dalam pengelolaan sampahnya adalah RT 04 dan RT 08 RW 01. Kegiatan penghijauan lingkungan di RT tersebut telah dimulai sejak tahun 2004 oleh ibu-ibu yang tergabung dalam dasa wisma. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada tahun 2005 menjadi juara 2 Lomba Penghijauan tingkat DKI Jakarta. Selanjutnya pada tahun 2006, kegiatan penghijauan dan pengelolaan kebersihan mendapatkan perhargaan dalam lomba “Green and Clean 2006” yang diadakan oleh Yayasan Uli Peduli.

Dari hasil studi diketahui bahwa sebanyak 53% kader lingkungan telah melakukan pemilahan sampah dan pengomposan sampah setiap hari, sedangkan sebagian lainnya melakukannya 2 – 3 hari sekali. Sebanyak 89% kader lingkungan yang tidak mengomposkan setiap hari beralasan karena jumlah sampah organiknya sedikit. Sedangkan lainnya beralasan sibuk.

Sampah organik yang dikomposkan antara lain berupa daun-daun pohon, sampah tanaman hias, kulit buah, sisa potongan sayur sebelum dimasak, dan sisa makanan. Jenis sampah yang dominan dikomposkan berupa sampah daun, kulit buah dan potongan sayuran.

Jika dilihat dari jumlah sampah yang dikomposkan, maka jumlah jumlah sampah yang dikomposkan di RW 01 juga semakin meningkat. Pada saat sebelum pilot project berjalan, sampah yang dikomposkan diperkirakan hanya 624 liter per bulan, tetapi setelah pilot project berjalan sampah yang dikomposkan menjadi 984 liter per bulan. Sejalan dengan peningkatan jumlah pengomposan, jumlah produk kompos juga diperkirakan meningkat dari 156 liter menjadi 246 liter perbulannya.

Pengelolaan sampah anorganik juga tidak kalah pentingnya dengan pengomposan. Sebanyak 42% kader lingkungan menyatakan telah memanfaatkannya kembali sampah plastik antara lain untuk pot dan kerajinan tangan. Sedangkan sebanyak 21% mengumpulkan dan memberikannya kepada pemulung. Namun ternyata masih ada kader lingkungan (sebanyak 10%) yang belum memanfaatkannya dan sampah anorganiknya langsung dibuang ke tempat sampah sebagaimana residu sampah lainnya.

Sampah plastik yang dijadikan pot umumnya adalah botol/gelas air mineral dan kaleng plastik cat. Sedangkan sampah plastik yang biasanya dibuat kerajinan adalah plastik-plastik kemasan yang tebal dan berpenampilan bagus.

Salah seorang kader lingkungan, Bapak Hendrik (RT 08/RW 02), telah memanfaatkan secara khusus kaleng plastik cat untuk bahan baku komposter yang dipesan oleh Yayasan Uli Peduli untuk disebarkan di berbagai tempat di Jakarta. Kaleng cat tersebut didesain sedemikian rupa dan dicat warna-warni sehingga penampilannya menarik.

Sementara itu, kader lingkungan Ibu Tri Darmayanti (RT 08/RW 02), telah mendapatkan pelatihan khusus pembuatan kerajinan tangan berbahan baku plastik kemasan dari Yayasan Uli Peduli. Produk kerajinan tersebut berupa tas, dompet, tempat tissue, taplak meja, karpet, dsb. Ibu Tri mendapatkan pula bantuan mesin jahit dari Yayasan Uli Peduli. Produk-produk kerajinan tersebut dijual di beberapa pusat-pusat pertokoan di Jakarta.

Seperti halnya di Banjarsari (Jakarta Selatan), di lokasi tersebut juga memiliki motivator pengelolaan sampah seperti halnya Ibu Bambang Wahono. Usianya pun hampir sama yakni 70-an, tetapi semangatnya masih menyala-nyala.

PESAN GUBERNUR DKI JAKARTA

Untuk mensosialisasikan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Jakarta, diadakanlah sebuah acara yang dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta pada awal tahun 2008. Pada acara tersebut, Gubernur mencanangkan “Gerakan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat”. Rangkaian acara tersebut meliputi kunjungan Gubernur DKI Jakarta beserta stafnya ke RW 01. Setelah itu, Gubernur berjalan kaki menuju kompleks TPST Rawasari yang berjarak sekitar 200 meter. Di TPST tersebut Gubernur meninjau kegiatan pengomposan dan daur ulang sampah skala kawasan dan ke TPS Indoor. Acara kunjungan ke berbagai tempat tersebut dilanjutkan dengan dialog dengan warga Jakarta tentang permasalahan lingkungan yang dihadapi.
Gubernur Fauzi Bowo dalam sambutannya mengatakan bahwa melibatkan peran serta kader lingkungan dan warga masyarakat sangatlah efektif dalam mereduksi sampah sehingga biaya trasportasi sampah semakin efisien dan umur TPA Bantargebang semakin panjang. Disamping itu, melibatkan masyarakat untuk mengolah sampah memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri. Gubernur mengakui butuh waktu yang panjang untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengolah sampahnya secara mandiri. Oleh karena itu diperlukan pimpinan komunitas dan kader-kader lingkungan yang tekun untuk menumbuhkan kesadaran warga mengolah sampahnya sendiri. ***


Tulisan Pelengkap :


TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) RAWASARI


Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Rawasari pertama kali dibangun pada tahun 2000 dengan dana APBD Pemda DKI Jakarta dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah Kota secara Terpadu Menuju Zero Waste. Kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai penyediaan sarana pengelolaan sampah skala kawasan di Jakarta.

Pengelolaan TPST Rawasari dilaksanakan secara bersama antara Pusat Teknologi Lingkungan – BPPT (sebagai lembaga riset teknologi) dan Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Pada tahun 2005, TPST Rawasari dikembangkan oleh BPPT dengan memperluas bangunan pengomposan dan peningkatan kegiatan operasionalnya. Selanjutnya pada tahun 2007, di-install mesin-mesin daur ulang sampah sehingga performansi TPST Rawasari semakin lengkap.

Saat ini pengembangan TPST Rawasari juga diintegrasikan dengan pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan oleh RW 01 dan RW 02 Kelurahan Cempaka Putih Timur- Jakarta Pusat. Di dalam kompleks Rawasari terdapat beberapa fasilitas pengelolaan sampah yaitu composting hall, pelbagai mesin daur ulang sampah anorganik, TPS Indoor, dan incinerator kecil.

Saat ini, sebagian besar sampah yang tidak diolah sendiri oleh warga RW 01 dan 02 dibawa ke kompleks TPST Rawasari. Di TPST, sebagian sampah dikomposkan dan didaur ulang, dan sebagian lainnya dimasukkan ke TPS indoor untuk dipres dan diangkut ke TPA Bantargebang. Sebagian kecil residu sampah dibakar di dalam incinerator kecil.

Dengan adanya integrasi pengolahan sampah di tingkat masyarakat dan di TPST Rawasari, volume sampah yang diangkut ke TPA menjadi berkurang sehingga mengurangi ongkos pengangkutan sampah dan memperpanjang umur TPA. Selain itu, didapatkan pula produk samping yang bermanfaat seperti pupuk kompos, produk daur ulang plastik, kertas, dsb. Model pengelolaan sampah tersebut dapat direplikasi di tempat lainnya sesuai dengan kondisi daerahnya.










..Read More..Baca Selengkapnya..

PENCETAKAN LIMBAH PLASTIK SISTIM INJEK MANUAL

Oleh: Mohamad Yusman
yusmanmsc@email.com, yusman61@gmail.com

1. PENDAHULUAN
Daur ulang merupakan upaya memanfaatkan kembali barang-barang yang dianggap sudah tidak memiliki nilai ekonomis, melalui proses fisik maupun kimiawi atau keduanya hingga didapat suatu produk yang dapat dipergunakan dan diperjualbelikan lagi. Produk baru tersebut pada umumnya memiliki kualitas yang lebih rendah karena sudah kehilangan sebagian karakteristik bahannya. Berikut adalah sebagian nama-nama jenis sampah plastik yang biasanya didaur ulang (tabel-1).

Tabel-1 : Jenis-jenis Sampah Plastik yang Didaur ulang


Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember.
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya.
Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi.

2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu:
1. Bagaimana sampah plastik dapat didaur ulang dengan biaya yang lebih murah dan tidak bergantung kepada industri besar plastik?
2. Adakah manfaat /keuntungan dari daur ulang sampah plastik sistim manual dilihat dari segi lingkungan dan ekonomi serta dampak positif bagi masyarakat dari sisi angkatan kerja?

3. KELAYAKAN TEKNIS DAN METODOLOGI
Mata rantai pekerjaan daur ulang plastik pada umumnya bermula dari :
1.Pemulung
2.Pengepul
3.Penggilingan bahan daur ulang plastik
4.Pembuatan pelet / biji plastik
5.Pabrik pembuatan peralatan /perabotan.

Rantai 1 hingga 3 sudah banyak dilakukan oleh para pelaku usaha daur ulang, sedangkan rantai 4 dan 5 masih terbatas dilakukan oleh pelaku daur ulang yang bermodal besar. Untuk itu, penerapan teknik pencetakan plastik sistim manual akan dapat mengurangi biaya investasi dan terjangkau oleh para pelaku daur ulang yang bermodal kecil.

Sistim manual pencetakan produk plastik pada dasarnya adalah memanaskan limbah plastik cacahan hingga meleleh dan mencetak dengan memberikan tekanan kepada cetakan yang sudah disediakan kemudian didinginkan. Produk yang dihasilkan tidak akan kalah mutunya dengan produk hasil pencetakan sistim otomatis. Secara skematik. proses manual dibandingkan dengan proses otomatis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar-1: Perbandingan proses otomatis dan manual pencetakan limbah plastik


4. PROSPEK
Teknologi yang ditawarkan merupakan teknologi sederhana dan terjangkau oleh pelaku daur ulang plastik yang bermodal kecil. Dengan demikian maka diharapkan bahan baku daur ulang tidak harus selalu dikirim ke industri besar yang memerlukan transportasi tambahan tetapi cukup dicetak di tingkat lapak.

Disamping itu, upaya pengolahan limbah plastik menjadi produk yang fungsional dan memiliki daya jual tinggi pada saat ini memiliki prospek yang cukup cerah, apalagi saat ini isu pemanasan global dan kawasan hijau banyak didengungkan masyarakat dunia dan ini mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk menghargai bahan-bahan sisa/limbah seperti limbah plastik.

5. MANFAAT EKONOMI
Dampak dari diterapkannya sistim manual pada pencetakan produk plastik disamping mengurangi eksploitasi penggunaan bahan baku murni (virgin material), mata rantai pengolahan limbah plastik juga akan melibatkan banyak pelaku daur ulang atau dengan kata lain dapat menyerap banyak tenaga kerja yang berarti dapat mengurangi beban pengangguran di tanah air.


..Read More..Baca Selengkapnya..

DAUR ULANG LIMBAH KARDUS

Oleh: Mohamad Yusman
yusmanmsc@email.com, yusman61@gmail.com

1. Latar Belakang
Kertas merupakan salah satu komoditi yang sangat dibutuhkan oleh hampir seluruh umat manusia didunia, Kehidupan modern kita sehari-hari kini tidak bisa lepas dari kertas yang bahan bakunya sebagian besar kayu hasil tebangan pohon dari hutan. Dengan demikian makin boros masyarakat memakai kertas, makin banyak pohon yang harus ditebang untuk dijadikan pulp (bubur) calon kertas. Sebagai gambaran kasar, untuk menghasilkan 1 ton serat asli pulp kimia diperlukan sekitar 1,5 ton kayu. Jadi dapat dibayangkan apabila penggunaan kertas hanya dipenuhi oleh serat asli maka akan berdampak langsung pada kelestarian lingkungan hidup.
Kebutuhan kertas di Indonesia apabila pada tahun 1987 hanya membutuhkan 782.420 ton maka pada tahun 1996 sudah mencapai angka 3.119.970 ton. Dan dari semua kertas yang dikonsumsi tersebut hanya sebagian kecil yang kembali ke pabrik untuk didaur ulang karena terjadi benturan kepentingan dengan penggunaan lain oleh masyarakat. Namun demikian bukan berarti kertas yang tidak kembali ke pabrik kertas tersebut sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat. Kertas bekas yang tidak termanfaatkan karena satu dan lain hal akhirnya akan bermuara ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga akan menambah volume sampah dan memperpendek umur TPA itu sendiri.

2. Daur Ulang Sampah Kertas/Kardus
Pemanfaatan kembali kertas bekas secara langsung untuk penggunaan lain merupakan upaya penghematan terhadap peningkatan kebutuhan kertas dari serat asli. Upaya guna ulang kertas bekas tersebut akan berdampak positif terhadap kemusnahan hutan dimasa mendatang.
Salah satu upaya daur ulang sampah kertas adalah memberi perlakuan terhadap kertas kardus bekas untuk dijadikan produk bahan pengemas kembali dengan ukuran yang sama atau lebih kecil. Hal yang perlu diperhatikan adalah permintaan jenis kardus biasanya harus seragam berdasarkan jenis gelombangnya, yakni kardus satu gelombang (one ply), 2 gelombang (two plies), dll. Disamping itu gelombang kardus tidak boleh dipress karena gelombangnya akan hilang dan mengurangi kekuatan kardus itu sendiri. Gambaran garis besar perlakuan terhadap kardus bekas adalah sebagai berikut:



Sedangkan diagram alir proses daur ulang kardus bekas disajikan pada gambar-2 berikut ini:



Lampiran Photo:


Limbah kardus



Pemotongan dengan Kachip untuk kardus ukuran kecil



Pemotongan dengan Eksentrik untuk kardus ukuran besar



Kardus ukuran kecil (mie instan) setelah dipotong Kachip



Mesin Pond sebagai pemotong dan pembentuk alur kardus bentuk baru



Mesin jahit kardus



Kardus hasil daur ulang
..Read More..Baca Selengkapnya..

PEMANFAATAN LIMBAH MAJUN TALI

Oleh: Mohamad Yusman
yusmanmsc@email.com, yusman.bppt@gmail.com

1. PENDAHULUAN
Di wilayah Bandung terdapat lebih dari 300 perusahaan tekstil yang tersebar di tiga wilayah, yaitu di Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi. Di Kabupaten Bandung industri tekstil terkonsentrasi di tiga wilayah, yaitu wilayah timur (sepanjang Jalan Cileunyi-Cicalengka-Majalaya), wilayah tengah (sepanjang Jalan Mohammad Toha–Dayeuhkolot–Majalaya), dan wilayah barat (sekitar Nanjung dan Padalarang). Di Kota Cimahi, lokasi industri tekstil terkonsentrasi di sekitar Leuwigajah. Untuk wilayah Kota Bandung penyebaran industri tekstil berbeda dengan penyebaran dengan Kabupaten Bandung maupun Kota Cimahi. Di Kota Bandung, penyebarannya cenderung tidak terkonsentrasi dalam satu sentra.
Daerah Majalaya selama ini sudah dikenal sebagai sentra penghasil tekstil sejak tahun 1950-an yang mampu menghasilkan aneka ragam produk tekstil seperti sarung, kain untuk bahan pakaian, handuk, benang, kain kasur dan lain-lain. Saat itu betul-betul merupakan masa keemasan bagi Majalaya. Bahkan saking makmur dan terkenalnya tekstil Majalaya, kota ini pun mendapat julukan baru sebagai Kota Dollar. Kemajuan dan ketenaran Majalaya sebagai kota kecil penghasil industri tekstil membuat kepincut Wakil Presiden RI saat itu, Bung Hatta, untuk meninjau secara langsung keberadaan industri tekstil di Majalaya.
Saat ini, peralatan produksi yang digunakan para pengusaha umumnya bervariasi mulai dari aplikasi teknologi alat tenun bukan mesin (ATBM) hingga mesin tenun modern. Dan dari data Persatuan Pengusaha Tekstil Majalaya (PPTM), anggota PPTM yang tercatat adalah 220 perusahaan namun yang aktif hanya 52 perusahaan dengan tingkat utilisasi mesin sekitar 60%..
Kegaiatan proses produksi yang berlangsung didaerah Majalaya dan sekitarnya tersebut menghasilkan sampah yang mayoritas berupa sampah anroganik yakni sampah dari sisa-sisa produksi seperti sisa benang, kain potongan, kones bekas gulungan benang, kardus bekas pengepak benang, dan masih banyak jenisnya lagi. Barang-barang sisa tersebut apabila dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar melalui upaya daur ulang menjadi produk yang memiliki nilai jual maka akan dapat memberi keuntungan dan mengatasi beragai masalah ekonomi setempat.

2. DAUR ULANG LIMBAH INDUSTRI GARMEN
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang dianggap sudah tidak memiliki nilai ekonomis yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai menjadi produk baru. Produk baru tersebut pada umumnya memiliki kualitas yang lebih rendah karena sudah kehilangan sebagian karakteristik bahannya.

Secara garis besar, kegiatan daur ulang digambarkan seperti terlihat pada Gambar 1. Untuk masyarakat Majalaya dan sekitarnya dimana daerah mereka dipenuhi oleh industri garmen, kegiatan pendaur-ulangan dapat berada pada tingkat pengolahan yang menghasilkan produk antara untuk disuply ke industri pengolah atau produk jadi dengan menggunakan proses dan peralatan sederhana. Kegiatan pada tingkat ini diperkirakan dapat menyerap 40 hingga 50 orang per lokasi kegiatan, tergantung ketersediaan modal yang ada dan jenis limbah garmen yang diprosesnya.



2.1. Produk Daur Ulang: Keset
Keset berbahan baku limbah garmen memiliki kekuatan dan penampilan yang tidak kalah bersaing dengan yang berbahan baku non-limbah. Bahan bakunya berupa pinggiran kain yang sudah dibauang oleh industri garmen dan disebut tali. Tali yang sudah terkumpul dan dipisah menurut jenis warna dan jenis kainnya kemudian diproses/tenun dengan menggunakan alat tenun yang disebut Tustel. Untuk memberi ikatannya digunakan bahan yang disebut Lusi. Untuk pekerja yang sudah mahir dapat menghasilkan produk keset sebanyak 1,5 kodi atau sejumlah 30 keset per hari atau sekitar 40 kodi per bulan. Pemasaran produk keset tidaklah sulit karena disamping harganya murah juga sudah banyak Bandar/pengepul yang siap menampung hasil keset terseut untuk selanjutnya didistribusikan.dipasarkan ke seluruh pelosok Indonesia. Diagram proses pembuatannya dapat digambarkan sebagai berikut:



2.2. Produk Daur Ulang: Celana Pendek/ Kolor
Celana pendek/kolor menggunakan bahan baku kain sisa produksi pabrik dengan berbagai ukuran antara lain: 0.5 meter atau kurang, 1.0 m, dan 2 meter keatas, Bahan-bahan tersebut dapat dijadikan produk dengan berbagai ukuran, mulai dari kecil, sedang, besar, dan jumbo. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut:



2.3. Produk Daur Ulang: Lap dari Benang Sisa
Terdapat berbagai jenis dan warna benang dari sisa produksi yang masih menempel pada kones. Benang-benang tersebut dikelompokkan menurut jenis dan warnanya kemudian disambung dan digulung ulang melalui mesin Reel hingga didapat gulungan besar hasil gabungan dari sisa-sisa benang. Gulungan besar benang sisa ini selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pada alat tustel. Produk setengah jadi yang keluar dari alat ini kemudian diberi perlakuan akhir dengan cara merapikan bagian pinggirnya dengan mesin obras dan mesin jahit. Dan setelah diberi label serta kemasan maka produk ini sudah dapat dilempar ke pasar. Rangkaian prosesnya adalah sebagai berikut:



Untuk informasi lebih lanjut silahkan tulis komentar dengan menyertakan alamat email anda.


Gambar-5: Limbah majun tali seagai bahan baku pembuatan keset



Gambar-6: Pembuatan keset dari limbah majun tali



Gambar-7: Produk keset hasil daur ulang limbah majun tali

ARTIKEL BERIKUTNYA:
B. Daur ulang limbah kones bekas penggulung benang menjadi longsong penggulung kain
C. Pembuatan lap dapur dari limbah benang
D. Daur ulang kertas bekas (bahan pengemas, topeng, kertas seni, papan kertas, dll.)
E. Daur ulang kardus bekas
F. Daur ulang plastik dengan sistim injeksi manual dan semi otomatis
G. Daur ulang plastik dengan proses fluida superkritis
H. Dst.
..Read More..Baca Selengkapnya..

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN BAKU SAMPAH DI KOTA PROBOLINGGO

Oleh : Sri Wahyono
swahyono@yahoo.com

Pendahuluan
Kota Probolinggo merupakan salah satu kota di wilayah bagian utara Propinsi Jawa Timur yang terletak di antara jalur jalan Surabaya – Banyuwangi. Luasnya sekitar 5.667 Ha yang secara administratif dibagi menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Mayangan (dengan luas 1.931 Ha), Kecamatan Kademangan (2.151 Ha) dan Kecamatan Wonoasih (1.586 Ha). Pada tahun 2005, jumlah penduduk Kota Probolinggo mencapai 186.221 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk Kota mencapai 3.568 jiwa/km2 (1).

Saat ini, Kota Probolinggo, termasuk juga kota-kota lainnya di Indonesia, menghadapi permasalahan sampah yang cukup pelik seperti pencemaran lingkungan akibat pembakaran dan penumpukan sampah yang tidak terkendali, pembuangan sampah ke sungai sehingga berakibat banjir, dan sulitnya mencari lahan Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Sesungguhnya, permasalahan sampah dapat diselesaikan dengan melakukan pengolahan sampah sehingga menjadi tidak mencemari lingkungan, meningkatkan efektivitas pengangkutan sampah, me-recovery sumberdaya, dan memperpanjang umur TPA.

Timbulan sampah Kota Probolinggo mencapai 830 m3/hari yang terdistribusikan berdasarkan lokasinya: timbulan sampah yang berasal dari kawasan pemukiman mencapai 512 m3/hari, kawasan industri 186 m3/hari, pasar tradisional 85 m3/hari, fasilitas perdagangan 44 m3/hari, dan fasilitas kesehatan 3 m3/hari. Secara umum, sampah Kota Probolinggo didominasi oleh sampah organik dan plastik dengan komposisi: sampah organik yang berasal pasar mencapai 92 persen sedangkan dari daerah industri 53 persen (1). Komposisi sampah organik dari pemukiman diperkirakan 60 persen yang berupa sisa-sisa biomasa produk pertanian yang berasal dari sentra-sentra pertanian di desa atau pinggiran kota yang dikirim ke kota, seperti sayur-mayur, palawija, buah-buahan, dan sebagainya. Sampah organik dapat dikonversikan menjadi pupuk organik berkualitas tinggi.

Lahan-lahan pertanian di pinggiran Kota Probolinggo saat ini sangat membutuhkan pupuk organik untuk memperbaiki kesuburannya yang kian berkurang. Penggunaan pupuk kimia yang selama ini dilakukan tanpa dibarengi dengan penambahan material organik telah menyebabkan tanah pertanian menjadi miskin hara dan tidak gembur. Kondisi ini semakin diperparah dengan ketersediaan pupuk kimia yang semakin sulit didapatkan sehingga menyebabkan turunnya produk pertanian. Oleh karena itu sebagian petani telah memakai kembali pupuk organik untuk memperbaiki kesuburan tanahnya. Pengalaman ini mulai diikuti oleh petani-petani lainnya dan telah berhasil meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya penggunaan pupuk organik. Akibatnya, kebutuhan akan pupuk organik juga semakin meningkat, namun sayangnya ketersediaan pupuk organik yang berkualitas, murah dan mudah didapat, sangat terbatas. Dengan luas lahan pertanian sebesar 2.939 Ha diperkirakan Kota Probolinggo, memerlukan kompos sebesar 21.000 ton pertahunnya. Dengan menerapkan teknologi composting diharapkan permasalahan sampah di Kota Probolinggo dan permasalahan penyediaan pupuk organik yang berkualitas bagi petani dapat dipecahkan.


Teknologi Accelerated Revolver Windrow Composting

Untuk mendukung pengelolaan sampah kota menjadi kompos dan untuk mendiseminasikan teknologi yang telah dikaji oleh BPPT, maka pada tahun anggaran 2008/2009, Pusat Teknologi Lingkungan – BPPT melakukan kegiatan penerapan teknologi Accelerated Revolver Windrow Composting (ARWC) di Kota Probolinggo.

Teknologi accelerated revolver windrow composting (ARWC) atau pengomposan dipercepat sistem windrow bergulir merupakan teknologi pengomposan yang telah dikembangkan oleh Pusat Teknologi Lingkungan – BPPT yang telah diteliti dan teruji kehandalannya. Teknologi ARWC adalah sistem fermentasi sampah organik yang dilakukan secara aerobik dengan cara ditumpuk memanjang (windrow) dan digulirkan (revolver) secara reguler sehingga berubah menjadi materi stabil seperti humus atau disebut kompos dalam waktu yang dipercepat (accelerated). Mikroba yang digunakan dalam fermentasi tersebut dipilih dari mikroba alami (native microbe) hasil pengembangan sendiri yang mampu melakukan fermentasi secara cepat dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan lingkungan.

Karakteristik teknologi ARWC adalah sederhana, mudah, murah dan ramah lingkungan sehingga gampang direplikasi dan dioperasikan di manapun tempatnya di Indonesia. Pengoperasian ARWC dapat dilakukan secara manual maupun mekanis tergantung dari situasi dan kondisinya. Prosesnya tidak berbau dan berlangsung cepat antara 4 sampai 6 minggu. Dengan proses perguliran (revolve) yang dilakukan, dapat terjamin estetika dan kemudahan prosesnya. Sedangkan produk yang dihasilkannya adalah kompos yang bermutu tinggi, yakni kompos yang bebas dari bibit gulma, higinis (bebas bakteri patogen) dan mengandung unsur hara yang tinggi.

Teknologi ARWC telah teruji kehandalannya sehingga telah diaplikasikan di beberapa tempat di Indonesia dengan bahan baku yang beragam jenisnya mulai dari limbah pertanian, limbah industri, hingga sampah kota. Bahkan, teknologi tersebut telah direkomendasikan oleh KLH dan World Bank untuk diterapkan di seluruh Indonesia. Dalam hubungan dengan penanganan sampah kota, teknologi ARWC memberikan andil yang cukup penting bagi pembangunan perkotaan dan penyediaan pupuk organik bagi pertanian.


Pengembangan proses produksi pupuk organik kompos di Kota Probolinggo dilakukan dengan optimasi proses dan peningkatan sarana dan prasarana pengomposan. Optimasi proses dilakukan dengan menerapkan teknologi ARWC yang mempunyai kapasitas terpasang produksi kompos dapat mencapai sekitar 5 ton kompos per minggu.

Bahan baku pupuk organik adalah sampah organik yang berasal dari beberapa sumber yaitu (i) pemukiman, (ii) sapuan jalan dan taman, dan (iii) pasar, yang diangkut ke plant composting dengan gerobak motor, .mobil pickup, armroll truck atau dump truck.

Proses pertama sebelum dikomposkan, sampah harus dipilah terlebih dahulu di sumber sampah dan di plant composting. Pemilahan di sumber melibatkan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kelompok masyarakat (pokmas) peduli sampah. Sampah yang telah terpilah di sumbernya kemudian diangkut dengan baktor oleh petugas untuk dibawa ke tempat produksi pupuk organik. Sementara itu, proses pemilahan sampah di plant composting dilakukan secara manual terhadap sampah yang berasal dari pasar karena masih banyak mengandung sampah anorganik. Proses pemilahan dilakukan di area waste unloading (penurunan sampah) dan ruang pencacahan. Sampah yang berasal dari sapuan jalan langsung dikomposkan, tidak dipilah lagi, karena komposisinya telah didominasi oleh sampah organik. Selanjutnya sampah organik yang terkumpul, sebelum difermentasi, dicacah terlebih dahulu dengan mesin pencacah.

Dari area pencacahan dan pemilahan, sampah diangkut dengan gerobak motor ke composting hall (ruang pengomposan) yang terpisahkan oleh area pengayakan. Tumpukan yang dibentuk secara manual dengan garu dan skop memiliki dimensi lebar 2,5 meter, panjang 8 meter, dan tinggi 1,5 meter yang berbentuk trapesium memanjang (windrow). Dengan dimensi tersebut, proses aerasi alamiah masih berjalan cukup optimal. Untuk mengoptimalkan proses pembuatan pupuk organik, pada saat pembentukan tumpukan ditambahkan kotoran sapi yang kaya akan mikroorganisma (berfungsi sebagai starter) dan kandungan nitrogen yang dapat mempercepat proses pengomposan sehingga proses pengomposan dapat dipercepat (accelerated).

Secara reguler tumpukan disiram untuk menjaga kelembapan sehingga proses pengomposan berjalan optomal. Proses penyiraman menggunakan air tanah dilakukan dengan sprayer/selang. air. Pengendalian kelembapan secara ketat dilakukan karena udara di sekitarnya cukup panas (matahari terik) dan berangin kencang sehingga tumpukan menjadi cepat kering.

Tumpukan yang terbentuk dibiarkan terfermentasi secara aerobik sehingga secara alamiah suhunya meningkat hingga 70 oC. Suhu tinggi tersebut dapat berlangsung selama dua minggu. Setelah tumpukan berumur satu minggu, tumpukan tersebut digulirkan (revolved) ke tempat sebelahnya. Tempat yang telah kosong pada petak 1 diisi kembali dengan bahan baku yang baru. Seminggu kemudian tumpukan pada petak kedua dipindahkan ke petak ketiga, tumpukan petak pertama ke petak dua. Perguliran dilakukan secara reguler hingga masuk petak keenam. Setelah seminggu berada di petak keenam, tumpukan sudah menjadi kompos matang dan siap dipanen. Proses perguliran dilakukan secara manual dengan bantuan baktor, garu dan skop.

Dari petak keenam, produk pupuk organik yang telah jadi (kompos) kemudian digelar di area pengayakan sebelum diayak secara manual dan mekanikal. Pengayakan mekanikal dilakukan jika produk yang akan diayak jumlahnya cukup banyak, sedangkan untuk jumlah sedikit cukup diayak secara manual. Diameter lubang-lubang ayakan sekitar 5 mm. Ayakan mekanis yang dipergunakan berupa trommel screen yang digerakan dengan mesin diesel. Proses pembuatan pupuk organik metode ARWC dapat dilihat pada Gambar 2.

Hasil Produksi Pupuk Organik dan Pemasarannya

Kompos halus berukuran diameter 5 mm kemudian diayak lagi dengan ayakan 3 mm untuk dibuat granul. Proses pembuatan granul dilakukan dengan rotating disc (piringan berputar) yang digerakan dengan mesin diesel yang dapat menghasilkan sekitar 30 kg granul kompos dalam waktu 5 menit. Granul kompos yang diproduksi kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah itu, sebagian granul diperkaya dengan N, P, dan K alami dalam mesin mixer sesuai dengan yang dibutuhkan oleh konsumen.


Baik produk pupuk organik yang telah diayak maupun yang telah digranul dikemas dalam kemasan plastik transparan berlabel dengan ukuran 5 kg. Sealing kemasan dilakukan dengan electric hotseal. Untuk pupuk granul, selain dikemas dalam ukuran tersebut, juga dikemas dalam karung dengan ukuran 50 kg. Penutupan karung dilakukan dengan menjahitnya. Merek pupuk organiknya yaitu BIOKOMPOS Bayuangga Lestari.

Produk pupuk organik kompos yang diproduksi telah memenuhi beberapa persyaratan kualitas kompos seperti yang tercantum dalam SNI Kompos No. 19-7030-2004 (2). Rasio C/N kompos adalah 18, suatu nilai yang mendekati rasio C/N tanah yaitu sekitar 10 sampai 20. Suhu kompos sekitar 25 oC, sesuai dengan dengan suhu air tanah. Baunya seperti bau tanah karena materi yang dikandungnya sudah menyerupai materi tanah dan berwarna kehitaman dan teksturnya juga seperti tanah. Karakteristik fisik dan kimia kompos disajikan dalam Tabel 1.


Jumlah pupuk yang sudah berhasil diproduksi dari Bulan Mei sampai Oktober 2008 adalah 49,75 ton. Jika dirata-ratakan produksi pupuk organik perminggunya adalah 2,07 ton, padahal target produksi pupuk organik adalah 3 ton perminggu.


Produk pupuk organik yang dipasarkan terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk kompos (biasa) dan bentuk kompos granul. Distribusi pupuk kompos (biasa) dilakukan di dalam Kota Probolinggo, sedangkan distribusi kompos granul sebagian besar dilakukan di luar Kota Probolinggo seperti Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Nganjuk dan Kota Malang. Di dalam Kota Probolinggo, kompos sebagian didistribusikan ke penduduk sebagai bentuk insentif ke rumah tangga yang telah berperan memilah sampah, kelompok tani, dan sebagian yang lainnya didistrbusikan ke para retailer atau kios tanaman hias yang tersebar di beberapa lajur jalan di Kota Probolinggo. Hasil penerapan produk granul kompos pada tanaman bawang merah dan kentang yang telah dilakukan petani terbukti dapat meningkatkan hasil panen komoditas tersebut.

Penutup

Penerapan teknologi Accelerated Revolver Windrow Composting (ARWC) di Kota Probolinggo telah berhasil dilaksanakan. Produknya, baik dalam bentuk kompos biasa maupun kompos granul, berkualitas baik dan memenuhi standar nasional. Kegiatan pengolahan sampah menjadi pupuk organik telah membuka lapangan kerja baru di bidang pengomposan dan daur ulang sampah kota serta meningkatkan efisiensi sistem pengelolaan sampah kota dan memperpanjang umur TPA.

Kegiatan pembuatan pupuk organik kompos di Kota Probolinggo sebaiknya direplikasi di daerah-daerah lainnya dengan serius dan profesional sesuai kondisi daerahnya karena disamping bermanfaat dalam penyediaan pupuk organik untuk ketahanan pangan dan menjaga kebersihan serta kehijauan kota tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi pengelola kebersihan. Oleh karena itu, program seperti ini sebaiknya di tahun-tahun mendatang juga diarahkan ke kota-kota lainnya di Indonesia.


Pustaka:

1.Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Kota Probolinggo. 2007. Profil Pengelolaan Persampahan Kota Probolinggo.
2.SNI No. 19 – 7030 – 2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik
..Read More..Baca Selengkapnya..